Segala sesuatu berasal dari sebab dan kondisi. Suatu kecambah, misalnya, berasal dari biji atau benih dan pertumbuhannya tergantung pada tanah, kelembaban, suhu dan matahari. Jika terdapat suatu kondisi yang kurang, maka kecambah tersebut tidak akan dapat tumbuh. Nyala lampu minyak tergantung dari sumbu dan minyak, sehingga apabila sumbunya telah terbakar semua atau minyaknya telah habis, maka nyala lampu tersebut akan padam. Demikian juga dengan kehidupan ini berasal dari sebab dan kondisi, bukan karena suatu kesempatan saja.
Sebab - Akibat yang Saling Bergantungan dan Kelahiran Kembali.
Sebagaimana nyala lampu minyak yang tergantung pada sumbu dan minyak untuk keberadaannya, demikian juga dengan kelahiran kembali (tumimbal lahir) dan penderitaan terjadi tergantung pada kesesatan pikiran dan karma.
Pikiran adalah sesat adanya sejauh masih belum bebas dari ketidak-pedulian atau ketidak-tahuan, keinginan, kemelekatan. Kebodohan batin merupakan kegagalan melihat sesuatu sebagaimana adanya. Selain ketidak-tahuan, kita selalu berkeinginan untuk mendapatkan hal-hal yang menyenangkan, sehingga menimbulkan kemelekatan. Kita gagal untuk memahami bahwa hal-hal yang menyenangkan seperti kekayaan, persahabatan, usia muda dan bahkan kehidupan adalah tidak kekal adanya. Semua ini seperti memenggam pasir di tangan, dimana akan lolos semua melalui jari tangan.
Pikiran sesat akan mengakibatkan perbuatan tercela dalam usaha mendapatkan apa yang diinginkan, dimana akhirnya akan menjadi terbiasa. Jika seseorang sudah mendapatkan apa yang dia mau secara tercela, maka dia selalu berusaha melakukannya lagi pada kesempatan lain. Akhirnya ketidak-jujuran menjadi suatu kebiasaan. Bagaimanapun ada juga orang yang mendapatkan sesuatu dengan bekerja keras, sehingga mendorong orang tersebut untuk bekerja keras dalam setiap pekerjaan, dimana akhirnya kerja keras menjadi suatu kebiasaan.
Dengan kata lain, kebiasaan yang ada ikut membentuk dan merupakan bagian dari suatu kepribadian. Apabila kita menghadapi suatu situasi baru, kita akan memberikan reaksi sesuai dengan cara kebiasaan kita. Sesudah meninggal, maka pikiran sesat dengan kebiasaan tindakan tersebut menjadi sebab seseorang dilahirkan kembali seperti biji atau benih yang disemai dengan tanah, kelembaban, suhu, dan matahari akan menumbuhkan kecambah. Sejauh pikiran orang belum bebas dari ketidak-tahuan, keinginan dan kemelekatan, maka dia akan melakukan tindakan sesuai dengan kebiasaannya, sehingga orang tersebut akan mengalami kelahiran kembali.
Kelahiran kembali adalah menderita, karena kondisi ketidak-tahuan, keinginan dan kemelekatan yang tidak pernah terpuaskan. Bahkan hal-hal yang menyenangkan dimana diinginkan dan dimiliki orang adalah tidak kekal adanya. Sebagai akibatnya, orang akan menderita karena kehilangan, usia tua, kematian, duka dan sedih.
Untuk mengakhiri kelahiran kembali dan penderitaan, kita perlu mensucikan pikiran dari ketidak-tahuan, keinginan dan kemelekatan. Apabila kita telah dapat membebaskan pikiran kita dari kesesatan, maka karma tidak akan berlangsung. Sehingga kelahiran kembali dan penderitaan akan musnah dan terbebas dari lingkaran hidup dan mati.
sumber : http://www.nshi.org/Buddhisme/Indonesia%20Buddhisme/Hukum-Sebab-Akibat.htm
Hukum Sebab Akibat
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment